Destinasi wisata di Solo saat ini semakin beragam. Sejak era pemerintahan Walikota Gibran Rakabuming Raka, pemerintah Kota Solo semakin gencar-gencarnya melakukan peningkatan fasilitas terlebih di sektor pariwisata. Salah satunya yang berada di kawasan Gatot Subroto.
Kawasan koridor Jalan Gatot Subroto (Gatsu) kini disulap menjadi public space bagi masyarakat Solo. Wilayah Gatot Subroto sekarang bertransformasi menjadi salah satu ikon wisata di Kota Solo yang memadukan unsur seni dan budaya yang menarik. Setiap malam minggu program berkonsep Street Art Market selalu digelar oleh komunitas Solo is Solo.
Street Art Market menyuguhkan beragam kesenian mulai dari kerajinan tangan, live music, performing art, dan lain-lain yang tentunya sangat menarik minat pengunjung. Para seniman terlebih para pedagang menjual aneka ragam seni kerajinan tangan mereka seperti tatto temporare, face painting, nail art, kerajinan manik, lukisan karikatur, natural handmade soap, tas, gantungan kunci, dan lain sebagainya. Pengunjung juga dapat menikmati live music ataupun performing art yang ditampilkan oleh para seniman.
Street Art Market ini memberikan dampak positif bagi para seniman serta pengrajin. Mereka tidak hanya dapat memamerkan serta memperkenalkan karya mereka kepada publik, namun juga dapat memperjualkan hasil karyanya kepada para pengunjung. Bagi masyarakat Solo khususnya yang berkunjung ke sana, adanya Street Art Market ini menjadi tempat refreshing di tengah kesibukan mereka. Pengunjung juga dapat menikmati waktu atau biasa disebut quality time bersama dengan keluarga, teman, ataupun pasangan.
Meski dengan adanya Street Art Market memberikan dampak positif bagi berbagai pihak, ada dampak negatif yang ditimbulkan dari acara ini yaitu kemacetan. Kemacetan menjadi salah satu masalah utama di sini. Walaupun Street Art Market diadakan di koridor Jalan Gatot Subroto, namun masih banyak pengunjung yang menggunakan jalan utama untuk menyebrang. Terlebih lagi tidak sedikit pengunjung yang berpindah tempat dari Gatsu ke area Ngarsopuro atau sebaliknya yang membuat Jalanan Slamet Riyadi menjadi terhambat. Selain itu, penggunaan sebagian jalan untuk lahan parkir juga menjadi penyebab terjadinya kemacetan. Meningkatnya intensitas pengunjung yang ada memperbanyak kendaraan bermotor yang parkir di area Gatsu dan Ngarsopuro, sehingga mau tak mau para pengguna jalan harus berbagi tempat. Oleh sebab itu, pemerintah perlu membuat kebijakan seperti mengadakan lahan parkir tersendiri untuk para pengunjung agar kemacetan di Solo berkurang.
#Anesya Putri Wardhani, Mahasiswa FEB UNS Jurusan Ekonomi Pembangunan
#SBK